BOGOR, CEKLISSATU – Penandatanganan MoU politik yang dilakukan oleh Partai Golkar, PAN dan Partai Demokrat Kabupaten Bogor untuk mengusung Ade Ruhandi atau Jaro Ade sebagai calon Bupati Bogor pada Pilkada 2024 beberapa waktu lalu, merupakan langkah yang sangat strategis. 

Hal itu disampaikan Pengamat Politik dan Kebijakan Publik, yang juga Pendiri Lembaga Studi Visi Nusantara Maju (LS Vinus), Yusfitriadi.

Yusfitriadi menilai, kesepakatan politik bersama tersebut menggambarkan beberapa hal. 

Pertama, di tengah dinamika politik Kabupaten Bogor menjelang Pilkada yang masih "cair" dan belum menunjukan bentuknya, tiga partai tersebut sudah melangkah maju dalam mengkristalisasi koalisi

Baca Juga : Jaro Ade: Koalisi 'Ikatan Cinta' Komitmen Awal Membangun Kabupaten Bogor

“Terlebih koalosi tersebut bukan "cek kosong", namun sudah mengusung figur sebagai Calon Bupati pada Pilkada 2024 mendatang,” ungkap Yusfitriadi kepada ceklissatu.com

Tentu hal ini lanjut Yusfitriadi, akan menjadi perhatian tidak hanya struktur partai politik, namun juga perhatian publik, khususnya publik Kabupaten Bogor

Kedua, mengamankan ‘tiket’. Walaupun dinamika hasil pemilihan legislatif masih terus bergulir di Mahkamah Konstitusi (MK), namun andaipun hasil MK ada pergeseran, tidak akan signifikan perubahannya dari hasil penetapan suara oleh KPU. 

“Sehingga perolehan kursi legislatif di Kabupaten Bogor potensinya hanya Partai Gerindra yang bisa mengusung sendiri calon bupati dan calon wakil bupati,” terang Yusfitriadi. 

Baca Juga : Golkar, PAN, dan Demokrat Kabupaten Bogor Teken MoU Koalisi Pilkada Serentak 2024

Jika melihatnya dalam perspektif perolehan kursi, sebelum menghitung perolehan suara. Dimana perolehan kursi Partai Gerindra 12 kursi, 20 persen sebagai syarat partai politik untuk bisa mengusung pasangan calon pada Pilkada dari seluruh jumlah kursi di DPRD Kabupaten Bogor 55 kursi, adalah 11 kursi. 

“Kesepakatan tiga partai yang mengusung Jaro Ade sebagai Calon Bupati jika perolehan kursinya digabung sudah lebih dari 20 persen. Yakni Partai Golkar 7 kursi, Demokrat 6 kursi dan PAN 2 kursi, jumlanya 15 kursi. Sehingga Jaro Ade sudah mengamankan tiket untuk maju pada pilkada 2024 mendatang,” tuturnya. 

Yusfitriadi mengatakan, tinggal bagaimana bisa meyakinkan DPP ketiga partai politik tersebut untuk merekomendasikan Jaro Ade sebagai Calon Bupati pada Pilkada 2024. 

Ketiga, pemantik koalisi. Jaro Ade tentu saat ini tak ubahnya seperti sexy yang banyak dilirik orang yang akan melamarnya. 

Baca Juga : Survei LS Vinus Cabup Bogor: Elektabilitas Jaro Ade Tertinggi, Dibayangi Iwan Setiawan dan Rudy Susmanto

Sangat rasional disebabkan tingkat elektabilitasnya yang sangat tinggi dan jomplang dibandingkan sosok-sosok lain yang disebut-sebut akan maju pada Pilkada 2024. 

“Sehingga ketiga partai yang bersepakat tersebut sebagai pemantik untuk mengkongkritkan ‘lamaran’ dari partai lainnya,” ujar Yusfitriadi.  

Keempat, memulai KIM di Kabupaten Bogor. Baik Golkar, PAN dan Demokrat adalah partai yang bergabung dalam Koalisi Insonesia Maju (KIM) yang mengusung Prabowo-Gibran sebagai calon presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2024. 

Koalisi ini menjawab pertanyaan publik, mungkinkah KIM akan terbentuk di Kabupaten Bogor, jawabannya ada pada Partai Gerindra, apakah akan bergabung dengan tiga partai yang sudah mengusung Jaro Ade atau memang akan mengusung sendiri dan berkoalisi dengan partai-partai selain yang tiga tersebut. 

Baca Juga : Golkar-PPP Bahas Potensi Koalisi di Pilbup Bogor, Wanhay Ungkap Survei Pendamping Jaro Ade

“Namun catatan pentingnya partai-partai lain harus berfikir ulang jika ingin bergabung dengan partai Gerindra. Karena saat ini figur yang disebut-ssbut akan diusung oleh partai Gerindra, elektabilitasnya belum menggembirakan,” ucap Yusfitriadi. 

Yusfitriadi menyebutkan, karena dalam konteks Pilkada, partai yang memiliki suara besar atau koalisi gemuk, belum tentu mendapatkan suara masyarakat. 

“Hal ini lebih disebabkan Pilkada sangat melekat dengan kefiguran, bukan hanya kekuatan partai politik,” pungkasnya.