"Kunci utamanya jaga alamnya, selama ekosistemnya terbentuk dirawat dengan baik di musim kemarau air seharusnya masih ada," kutipan dari Ketua DPRD Kabupaten Bogor Rudy Susmanto. 

 

Sadarkah, bencana kekeringan ini sudah terjadi dimana-mana termasuk di Bogor, baik kota maupun di kabupaten. Padahal Bogor dikenal sebagai kota hujan yang notabene mampu menampung persediaan air cukup banyak. Faktanya justru beberapa wilayah di Kota maupun Kabupaten Bogor mengalami kekurangan air bersih. 


Fakta yang lebih mencengangkan lagi adalah hampir setengah wilayah kecamatan di Kabupaten Bogor mengalami kekurangan air bersih. 

Bukan hanya wilayah Bogor saja yang mengalami kekurangan air bersih bahkan di seluruh daerah di Indonesia mulai mengalami fenomena yang sama. Tidak tanggung-tanggung pemerintah sampai harus membuat hujan buatan meskipun tidak cukup memengaruhi persediaan air bersih bagi warga. 

Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor hingga bulan September sudah hampir kurang lebih 2 juta liter air bersih disalurkan ke 118 desa di 27 kecamatan di wilayah Kabupaten Bogor

Penyaluran dilakukan melalui BPBD Kabupaten Bogor, Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Bogor, PDAM Tirta Kahuripan dan sejumlah instansi terkait. 

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) hingga akhirnya menetapkan kekeringan pada status Tanggap Darurat Kekeringan.

Menurut ahli Hidrogeologi Fakultas Teknik, Universitas Pakuan, Singgih Irianto bahwa wilayah Bogor ini sangat minim recharge area atau pengisian ulang air. Tidak mesti dataran tinggi memiliki cadangan air yang cukup, justru menurut Singgih daerah seperti Ciapus, Tamansari, Cijeruk recharge areanya hanya sebatas di air tanah sehingga harus dilakukan kajian proses identifikasi. 

Setelah proses identifikasi langkah selanjutnya melakukan pengelolaan air tanah, mempertahankan lokasi tahanan imbuhan pengisian, penghijauan di daerah hulu. Sedangkan untuk daerah pengisian, terus dibuat sumur-sumur resapan untuk daerah-daerah pengisian sehingga air-air itu tetap dipertahankan.

Seperti di wilayah Babakan Madang adalah daerah langka air tanah. Secara Hidrogeologi potensi air tanahnya tidak ada atau sedikit sekali. Sehingga harus disuplai dari air permukaan karena batuan di wilayah itu lempung semua jadi tidak berfungsi sebagai penyimpan air tanah. 

Ditambah lagi musim kemarau jadi air tanahnya itu hanya ada di lapukan-lapukan bebatuan lalu pada kemarau agak panjang sudah habis airnya. Alternatifnya adalah dibuatkan penampungan atau memanfaatkan air-air permukaan, air sungai. 

Tapi tidak lupa yang terpenting adalah di hulunya harus dikelola dengan baik. Pemkab sendiri telah melakukan rapat koordinasi terkait penanganan bencana kekeringan ini. 

Rapat koordinasi membahas langkah dan strategi penyaluran air bersih ke wilayah telah dilakukan, salah satu pembahasan adalah pembuatan sumur bor. Permasalahan baru pembuatan sumur bor justru malah akan membuat rongga di dalam tanah karena eksploitasi air tanah secara berlebihan. 

Alternatif lainnya yang dapat dilakukan secara swadaya adalah dengan cara membuat embung-embung air. 

Embung air adalah sebuah waduk mikro di lahan pertanian atau air permukaan atau sungai yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan. Atau ada lagi menurut Rudy Susmanto, Ketua DPRD Kabupaten Bogor bahwa menjaga alam itu menjadi hal yang penting. Bukan hanya menjaga tapi mengatur keseimbangan dengan alam sekitar menjadi kunci dari segala bentuk bencana. Selain menurut dia bencana ini tidak dapat diprediksi, bentuk antisipasinya merawat dengan baik ekosistemnya. Kalaupun Bogor alamnya lestari dan sebagiannya wilayah penyangga, ini bukan permasalahan Bogor sendiri tapi jadi juga permasalahan dunia. Tanggung jawabnya dari mana? ya dari kesadaran kita bersama-sama.