Instansi Pajak Perlu Perjuangkan Kebajikan Dengan Bijak
BOGOR, CEKLISSATU - Ke-per-ca-ya-an, satu kata yang terdiri dari lima suku kata tersebut tampaknya mudah disebut namun sulit diberikan. Kepercayaan sendiri memiliki kata dasar percaya yang berarti yakin. Sementara kepercayaan bisa berarti sesuatu yang dipercayai, bahkan bisa lebih dari itu, bisa juga harapan.
Kata yang terdiri dari lima suku kata itu sedang tren akhi-akhir ini apalagi menyangkut rasa percaya itu sendiri kepada salah satu Badan Pemerintah, yaitu Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan. Instansi yang kerap kali menyampaikan kampanyenya dengan kalimat "Orang Bijak Bayar Pajak" itu sedang mendapatkan ujian.
Tapi kasus kali ini menarik, bukan dari salah satu pegawai hingga pejabatnya yang ditangkap oleh Badan Anti Rasuah (KPK) tetapi karena ulah salah satu pemuda yang dengan tega menganiaya pemuda lainnya hingga koma. Video eksekusi itu berseliweran di linimasa twitter saya dan hanya satu kata yang dapat mewakilinya, keji.
Baca Juga : 10 KRL Jabodetabek Pensiun Tahun Ini, KCI Siapkan Rp 4 Triliun Beli Kereta Baru
Tindak kejahatan itu sudah ditangani oleh pihak kepolisian, pemuda yang sudah berusia 20 tahun itu harus bertanggung jawab atas ulahnya yang mungkin didasari rasa cinta kepada Sang Perempuan. Selain kasus itu, ada hal lain yang menarik perhatian publik, ya, ternyata ayah dari Sang Pelaku adalah salah satu pejabat di Direktorat Jenderal Pajak.
Dan yang sangat mencengangkan adalah jumlah harta ayah pelaku yang sangat banyak sekali, bahkan, melebihi harta Menteri Keuangannya sendiri yang merupakan pejabat paling tinggi di instansi tersebut.
Sebagai informasi, Direktorat Jenderal Pajak merupakan badan yang menghimpun pajak perseorangan hingga perusahaan yang mana uang yang dihimpun tersebut untuk pembiayaan negara, dari mulai untuk operasionalisasi negara hingga pembangunan.
Meskipun kasus yang dilakukan pemuda itu terus berlanjut, ternyata kasusnya membuka tabir baru. Kementerian Keuangan menjadi sorotan dan seolah kebakaran jenggot. Sri Mulyani yang biasanya bicara lugas di forum-forum internasional kini harus tega dan dengan tegas memberhentikan salah satu pegawainya tersebut karena dianggap tidak disiplin dan faktor lainnya.
Tapi kini publik bertanya-tanya, kenapa harta kekayaannya bisa begitu besar? Duit dari mana? Bahkan, sang putra yang kini mendekam di balik jeruji besi kerap kali pamer dan berfoto bersama mobil-mobil mewah miliknya. Publik juga bertanya, jangan-jangan masyarakat diminta taat bayar pajak tetapi pegawai pajaknya malah tidak bijak.
Pertanyaan inilah yang juga menurunkan kepercayaan masyarakat kepada Direktorat Jenderal Pajak. Meskipun Ibu Menteri telah memecat RAT (Ayah Sang Pelaku), namun masyarakat juga masih bertanya, apakah jangan-jangan masih ada pegawai seperti RAT, apalagi di instansi yang dipimpin Ibu Menteri ada komunitas motor yang pastinya bukan motor murahan.
Dalam praktik ilmu komunikasi, Kementerian Keuangan tengah memasuki fase krisis karena opini publik terus bergulir. Kementerian Keuangan juga menjadi instansi yang paling diserang dan menurun tingkat kepercayaannya dari masyarakat. Pastinya, Petugas Humas di Kementerian tersebut hingga Ibu Menteri terus menyusun strategi untuk bisa keluar dari keadaan ini dan bisa kembali dipercaya oleh masyarakat.
Hal ini menjadi perlu dilakukan karena kita bisa bayangkan bagaimana bila akhirnya rakyat enggan membayar pajak, bagaimana kondisi negara? Pastinya akan semakin defisit dan menghasilkan efek domino yang lebih parah, meskipun saya yakin bahwa nama-nama yang tersandung kasus hanyalah oknum dan masyarakat akan tetap bijak.
Tapi begitulah fase krisis, bagaikan dua mata pisau, ada negatif dan tentunya ada positifnya. Meskipun Kementerian Keuangan masih menjadi sorotan, namun keadaan ini bisa membuat Ibu Menteri mengaktifkan tangan besinya. Setidaknya, hingga hari ini efek yang diterima adalah adanya 13 ribuan pegawai Kementerian Keuangan yang belum melaporkan harta kekayaan dan jadi lapor.
Dan terakhir, Ibu Menteri juga memanfaatkan keadaan ini untuk membubarkan kelompok motor besar yang beranggotakan pegawai Kementerian Keuangan. Bisa jadi, di momentum ini Ibu Menteri juga melakukan bersih-bersih, memperjuangkan kebajikan dengan bijak.
Kasus ini masih bergulir, kita doakan semoga bisa segera selesai dan Kementerian Keuangan kembali mendapatkan kepercayaan. Tapi yang paling penting, mari kita doakan semoga Cristalino David Ozora bisa kembali pulih, sehat dan bisa kembali mengajarkan anak-anak mengaji.
Dari kasus ini kita belajar bahwa media informasi semakin terbuka. Siapa pun bisa mengakses informasi terkait kekayaan para penyelenggara negara. Dan kasus ini juga mengajarkan bahwa ada efek yang dapat dibawa oleh orang lain yang meskipun bukan seorang ASN atau pegawai di sebuah instansi tetapi dari orang di sekitarnya entah itu suami, istri, anak bahkan kemenakan. Dan efek itu bisa memengaruhi citra hingga kepecayaan. Untuk itu, jagalah sikap dan jalanilah kehidupan dengan menaati norma masyarakat, bangsa dan agama.
Ditulis oleh:
Robby Firliandoko
Dosen Sains Komunikasi FISIPKOM Universitas Djuanda.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Comments