BOGOR, CEKLISSATU - Bocah laki-laki bernama Gibran berusia 6 tahun menjadi viral usai videonya sedang menangis beredar di media sosial. Warga asal Bojonggede, Kabupaten Bogor itu menangis karena meminta makan.


Video tersebut diunggah akun Instagram @kecamatanbojonggede. Dalam awal video, tampak Gibran duduk menangis histeris di depan rumahnya.


Bukannya mendapat makan, dari dalam rumah justru terdengar suara keras perempuan yang diduga sebagai ibu dari Gibran yang memarahinya.

Baca Juga : KORMI Ajak Inorga ke Sekolah, Pemain Skateboard Unjuk Gigi


Gibran pun terlihat terus menangis seraya mengucap meminta makan. Hingga akhirnya, sosok perempuan dari dalam rumah tersebut keluar dan langsung mengguyur Gibran dengan air botol mineral.


Camat Bojonggede Tenny Ramdhani mengatakan pihaknya sudah melakukan penelusuran terkait video tersebut. Adapun informasi dalam video sudah diterimanya sejak Jumat 3 Mei 2024.


"Jadi begini saya mendapatkan informasi pada Jumat sekitar jam 16.00 WIB, ada yang mention akun Instagram kecamatan menanyakan terkait kebenaran video tersebut karena si pengirim mengatakan ini lokasinya di Bojonggede tapi tidak memberikan alamat secara detail," kata Tenny kepada wartawan, Rabu (8/5/2024).


Setelah dilakukan penelusuran, akhirnya didapati bocah dalam video merupakan Desa Rawapanjang, Kecamatan Bojonggede. Dari situ, pihak desa dan kecamatan langsung mendatangi lokasi.


"Akhirnya dikonfirmasi ke konfirmasi ke Kades, lalu Kades melakukan verifikasi di lapangan bersama RW mendatangi pada tanggal 5 Mei bersama-sama dengan tim dari kecamatan dan Sekcam," tuturnya.


Diketahui, Gibran merupakan anak dari Hamzah yang merupakan buruh bangunan. Gibran mempunyai dua adik berusia 4 tahun dan 1,5 tahun yang kerap dititipkan kepada tetangga dan RT RW setempat karena sang ibu jarang pulang ke rumah.


"Ditinggal tiga-tiganya. Jadi kami kesitu pun pak Hamzah baru pulang dari luar kota. Pada intinya terkait pada keberadaan mereka, tetangga dan RT RW sangat memperhatikan kondisi mereka, karena mereka tahu pak Hamzah sebagai buruh lepas yang bekerja di luar kota anaknya ditinggal kemudian ibunya si anak-anak ini tidak selalu berada di tempat, sering ditinggal maka para tetangga RT RW sering memberikan makanan," ungkap Tenny.


Kemudian, dari hasil assesment diketahui memang keluarga Gibran kurang mampu. Karena, penghasilan dari sang ayah yang tidak tetap itu.


"Memang kalau kita melihat eksisting keluarganya memang terkategorikan keluarga yang miskin dengan penghasilan tidak tetap. Karena, pak Hamzah (kepala keluarga) merupakan buruh bangunan yang bekerja di kawasan BSD, kepulangannya pun tentatif, tergantung izin dari mandornya, kami belum tahu berapa penghasilan seorang buruh bangunan," terangnya.


Lalu, setelah ditanyakan kepada pemerintah desa dan lainnya ternyata nama dari KK tersebut tidak terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Karena, KK masih menginduk ke Hamzah sementara 3 anaknya tidak terdaftar dalam KK tersebut.


Selanjutnya, pihaknya sudah meminta kepada desa bahwa keluarga Hamzah dalam pengawasan. Juga berkoordinasi dengan Dinsos Kabupaten Bogor untuk memberikan assesment dan pendampingan serta bisa masuk kepada penerima bantuan.


"Terkait dengan dugaan-dugaan yang kita perkirakan ini anak mengalami perlakuan secara buruk, secara verbal Ini kita sampai kepada dinas DP3AP2KB untuk bagaimana berkoordinasi dengan Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak," tandasnya.