BOGOR, CEKLISSATU - Komisi III DPRD Kota Bogor geram melihat kondisi SD Negeri Polisi 1 Kota Bogor yang belum mendapatkan perbaikan pasca ambruk pada Rabu, 3 Januari 2024 lalu.

Perbaikan empat ruang kelas pada sekolah tak kunjung terealisasi. Padahal, Wali Kota Bima Arya telah menginstruksikan agar dinas terkait segera memperbaiki ruang kelas tersebut.

Ketua Komisi III DPRD Kota Bogor, Zenal Abidin mengaku sempat meninjau langsung sekolah tersebut usai mendapat pengaduan dari orangtua siswa, baik secara langsung maupun aspirasi ke DPRD.

Baca Juga : Ujicoba Lawan Thailand dan Uzbekistan Indra Sjafri Akui Anak Asuhnya Sudah Siap

Kondisi keempat ruangan kelas yang berada di lantai 2 itu sangat memprihatinkan, sejumlah material atap yang ambruk hingga kini belum dirapihkan. Bahkan, setiap hujan berimbas terjadinya genangan air hingga ke lantai 1.

"Harusnya kondisi seperti ini menjadi perhatian lebih dari dinas terkait. Jangan dibiarkan berlarut-larut karena ini menyangkut dengan pendidikan generasi bangsa," ucapnya.

Menurut Zenal, seharusnya perbaikan empat ruang kelas itu bisa dilakukan menggunakan anggaran Belanja Tak Terduga (BTT). Sebab, ambruknya atap empat ruang kelas itu karena faktor bencana alam.

"Harusnya dinas langsung berkoordinasi dan mengeksekusinya menggunakan BTT. Apalagi tahun ini BTT dianggarkan Rp98 miliar," ungkapnya.

Zenal menekankan bahwa dinas terkait harus bergerak cepat dan bersinergi dengan OPD lain, agar penghapusan aset dapat segera dilakukan sehingga perbaikan empat ruang kelas itu tidak berlarut-larut.

"Ini kan kondisi mendesak, harusnya penghapusan aset dapat berjalan beriringan dengan revitalisasi," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SDN Polisi I, Tati Sukmawati menuturkan, akibat ambruknya atap empat ruang kelas itu, berdampak terhadap 12 rombongan belajar (rombel) yang diisi oleh 850 murid.

"Ada 12 rombel, jadi kami buat enam rombel pagi, enam rombel siang," tegasnya.

Selain itu, kata Tati, pihaknya membuat tiga shift kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dimulai dari pukul 07.00-09.00 WIB, 09.00-12.00 WIB, dan 12.00-14.00 WIB.

"Untuk kelas empat dan lima. Jadi ada penyesuaian jam KBM, kelas 6 hanya belajar tiga jam, sementara yang lain hanya belajar dua jam," ujarnya.

Meski begitu, sekolah tetap memastikan hal pendidikan terhadap siswa terpenuhi dengan cara memberikan tugas setiap harinya, dan orangtua murid harus memberikan laporan terkait tugas anak.

"Hak siswa tetap kami penuhi, tetapi kami ingin bangunan ini segera diperbaiki," harapnya.

Ketua Komite SDN Polisi I, Noer Tjahyo mengaku khawatir dengan keselamatan para murid. Hal itu lantaran masih banyaknya puing hingga baja ringan rusak yang masih menggantung.

"Kami khawatir material bangunan itu jatuh ke bawah dan menimpa murid. Sisa puing itu riskan jatuh," katanya.

Dengan demikian, orangtua murid berharap Pemkot Bogor segera melakukan perbaikan dan membersihkan puing-puing.

"Walikota pernah bilang bahwa pembangunan akan selesai dalam 3 bulan. Malah Dinas Pendidikan (Disdik) diminta segera melakukan perbaikan. Tapi sampai sekarang belum," ucapnya.

Hal itu, lanjutnya, disinyalir lantaran terbentur penghapusan aset yang sudah tiga pekan belum rampung. "Padahal, pihak asuransi bersama sekretaris daerah, konsultan, dan dinas telah meninjau lokasi," katanya.