BOGOR, CEKLISSATU - Peradaban yang identik dengan kemajuan kini tidak melulu berbicara tentang teknologi, melainkan keberlanjutan. Kondisi perubahan iklim yang berubah secara ekstrem membuat banyak orang kembali memikirkan cara adaptasi yang paling tepat. Rupanya, kutipan yang pernah disampaikan oleh Albert Einstein yakni, "look deep into nature, and then you will understand everything better," masih sangat relevan hingga hari ini. 

Teknologi yang kini dibuat bukan lagi memperhitungkan angka serta keuntungan semata dalam sektor bisnis melainkan konsep keberlanjutan yang ramah lingkungan untuk masa depan serta peradaban. Individu hingga instansi dituntut keras dapat menciptakan serta memanfaatkan teknologi yang ramah lingkungan serta tidak mengoyak bumi pertiwi. Energi terbarukan menjadi solusi yang kerap kali digaungkan, bahkan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam pidato kunci S20 High pada 17 Maret 2022 lalu menyampaikan bahwa transisi energi akan mengubah banyak hal sehingga dibutuhkan strategi tepat untuk mengidentifikasi tantangan yang ada. 

Baca Juga : Meinggalnya Santri Umul Quro Leuwiliang Saat kerja Bakti, Humas: Mohon Maaf dan Akan Melakukan Evaluasi  Pengawasan 

"Kita harus mendorong energi bersih untuk semua, terutama energi untuk elektrifikasi dan clean cooking, leaving no one behind," katanya dalam Pidato Kunci S20 High yang ditayangkan dalam kanal youtube Sekretaris Presiden, Kamis (17/3/2022). 

Menjawab harapan tersebut bukan perkara mudah. Energi fosil yang masih menjadi sumber utama dalam menghasilkan energi untuk listrik hingga bisnis kini sudah semakin terkikis, padahal alam yang saat ini dinikmati adalah warisan yang harus terus dilanjutkan untuk anak-cucu pada masa depan. 

Belum mengimplementasikan energi terbarukan secara progresif dan masif, Indonesia juga masih memiliki banyak masalah lingkungan dari mulai sampah hingga karbon yang melimpah. Bayangkan, data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2021 mencatat volume sampah di Indonesia yang terdiri dari 154 Kota/Kabupaten se-Indonesia mencapai 18,2 juta ton/tahun sementara sampah yang terkelola dengan baik hanya 13,2 juta/tahun atau 72,95%. Maka tak heran bila sejauh mata memandang masih kerap terlihat tumpukan sampah yang bukan saja menyakitkan mata namun juga bisa menyebabkan penyakit untuk manusia. 

Baca Juga : Pertama Kalinya, Petani Gaza Ekspor Minyak Zaitun

Ternyata, dua masalah besar yakni energi serta sampah dapat menjadi inovasi bagi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP). Berbekal visi perusahaan yang selalu ingin membangun peradaban sejak setengah abad lalu, Indocement yakin bahwa perusahaan tidak akan berkelanjutan jika tidak memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan. 

Kini, perusahaan yang memiliki total 13 pabrik dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 24,9 juta ton semen ini memiliki pembangkit listrik yang dioperasikan dari 1-unit aero derivate gas turbine (ADGT) untuk menyuplai 73 MW. Listrik dari gas turbine tersebut digunakan untuk back up energi.

Tidak hanya itu, melalui program #Trashback, Indocement mengatasi masalah sampah dengan menjadikan sampah yang tidak bisa dikelola sebagai bahan bakar alternatif untuk operasional pabrik semen. 

General Manager Alternative Fuel dan Alternative Material INTP, Soegito Kurniawan mengungkapkan, bahwa perseroan terus mengembangkan teknologi pemanfaatan bahan bakar alternatif dalam proses produksi, termasuk pemanfaatan sampah selain daur ulang  yang telah memenuhi ketentuan kualitas untuk mendukung proses produksi semen.

Baca Juga : Mendagri Lantik 3 Pj Gubernur Provinsi Baru di Papua

“Kami siap menerima dan memanfaatkan beragam jenis sampah non-recyclables yang sudah dipilah dari Octopus,” jelasnya saat menandatangi kerja sama program #Trashback dengan Wahana Ekonomi Sirkular Octopus dan PT Bangunperkasa Adhitamasentra pada Kamis (25/8/2022). 

Kebaikan yang ditanam, tentu kebaikan pulalah yang akan dipanen, mungkin itu perpatah yang layak disematkan untuk inovasi yang dilakukan oleh Indocement dalam memanfaatkan sumber daya alternatif untuk operasionalisasi pabrik. Inovasi ini berpengaruh terhadap pengurangan emisi CO2 sebesar 216.88 ton CO2 per tahun.

Yang lebih membanggakannya lagi, Indocement Kompleks Pabrik Citeureup berhasil meraih Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi 2022 yang merupakan penghargaan tertinggi di bidang efisiensi energi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Penganugerahan penghargaan ini berlangsung secara luring pada 5 Oktober 2022 dimana penghargaan tersebut diserahkan secara langsung oleh Sekertaris Jendral, Kementrian ESDM kepada Deputy General Manager Operation Support, Soegito C. Kurniawan, di Gedung Chairul Saleh Kementrian ESDM, Jakarta. Indocement berhasil mendapatkan penghargaan dalam kategori “Manajemen Energi di Gedung dan Industri - Inovasi Khusus” setelah Tim Energi Kompleks Pabrik Citeureup mengajukan makalah inovasi berjudul "Pengoptimalan Pemakaian Spent Bleaching Earth (SBE) sebagai Bahan Bakar Alternatif di Plant 11 Pabrik Citeureup dengan Metogologi Six Sigma". 

Apa yang telah dijalankan oleh Indocement dalam menciptakan inovasi sebagai wujud konsep energi terbarukan perlu didukung dan diikuti oleh berbagai pihak khususnya sektor bisnis. Berdasarkan jurnal penelitian berjudul Waste to Energy Power Plant: Between Environmental Issue and the Acceleration of Renewable Energy Development yang ditulis oleh Sri Nurhayati Qodriyatun dari Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI menjelaskan, Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) termal merupakan solusi instan mengatasi permasalahan lingkungan untuk kota dengan produksi sampah di atas 1.000 ton/hari.