JAKARTA, CEKLISSATU – Menko bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menggelar pertemuan dengan mantan Perdana Menteri (PM) Inggris, Tony Blair di kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (19/4/2024).

Airlangga dan Blair membahas upaya mendorong tingkat inklusivitas keuangan, di antaranya melalui digitalisasi.

Yaitu dengan mempertimbangkan kecukupan resources yang dimiliki Tony Blair Institute diharapkan dapat mendukung upaya digitalisasi itu.

"Kita ingin mendorong agar digitalisasi sifatnya inklusif jadi tentu kita bicara mengenai infrastruktur digital mengenai data center, regulasi Artificial Intelligent (AI), hingga cyber security," ungkap Airlangga Hartarto, seperti dikutip, Sabtu (20/4/2024).

Baca Juga : Setelah Menlu China, Giliran Mantan PM Inggris Tony Blair Temui Jokowi di Istana Negara

Airlangga Hartarto mengatakan bahwa keduanya juga membahas seputar transisi energi, terutama terkait Just Energy Transition Partnership (JETPI), Asia Zero Emission Community (AZEC);

Kemudian upaya merealisasikan transisi energi salah satunya melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Ibu Kota Nusantara (IKN) yang dipersiapkan sebesar 1,2 GigaWatt. 

Airlangga Hartarto dan Tony Blair juga turut membahas isu geopolitik yang saat ini sedang mencuat di tengah ketidakpastian global lainnya. 

Konflik di kawasan Timur Tengah yang terjadi saat ini tentu menjadi permasalahan yang tidak diinginkan oleh berbagai negara, sehingga lebih memilih untuk menahan diri.

Bagi kepentingan Indonesia sendiri, stabilitas geopolitik diharapkan akan kian kondusif agar dapat memberikan dampak yang lebih baik terutama bagi kondisi perekonomian nasional.

"Pertama tentu kita harus jaga kawasan Indo-Pasifik menjadi kawasan damai, sehingga jika kawasan Indo-Pasifik menjadi kawasan bebas konflik maka pertumbuhan ekonomi bisa kita dorong," tutur Airlangga Hartarto

"Ke depan, kawasan Indo-Pasifik menjadi salah satu kawasan yang menjadi perhatian dunia, sehingga tentu di antara kawasan Indo-Pasifik posisi Indonesia sangat strategis, dan untuk itu Tony Blair Institute siap membantu," terangnya.