GORONTALO, CEKLISSATU - Cuaca panas saat ini menerjang wilayah Provinsi Gorontalo. Suhu yang mencapai 36 derajat celcius membuat warga cemas karena dikhawatirkan bisa memicu kebakaran lahan dan hutan.

Jika kebakaran terjadi, dahan dan dedaunan yang mengering berpotensi membuat api cepat merambat. Ditambah jika angin bertiup kencang, bisa membuat api yang menyala cepat menyebar ke berbagai arah. 

Tidak hanya kebakaran hutan, kebakaran rumah yang berada di pemukiman padat penduduk juga ditakutkan terjadi. Sebab, suhu panas di Gorontalo begitu terasa diakibatkan Gorontalo berada tepat di garis Khatulistiwa.

"Yang kami khawatirkan jika terjadi kebakaran hutan lalu merambat ke pemukiman, maka itu akan fatal sekali," kata Ratna warga Gorontalo.

Menurutnya, sejak bulan Ramadan lalu, Provinsi Gorontalo sudah dilanda panas ekstrim. Sementara hujan sangat jarang sekali turun di wilayah Gorontalo.

"Lebih banyak panasnya, hujan hanya sekali-kali turun. Kalau tidak salah kondisi ini sejak akhir ramadan," ungkapnya.

BMKG memprediksi curah hujan tahun ini mengalami penurunan akibat kondisi La Nina yang semakin melemah dan masuk netral.

Menurutnya, kondisi netral itu hampir berhimpit dengan kondisi El Nino lemah. BMKG juga memprediksi bahwa curah hujan pada tahun ini mengalami penurunan, meskipun saat ini masih puncak musim hujan.

"Pada Mei, kami memprediksi mulai terdeteksi terjadinya penurunan curah hujan, yaitu ada yang mendekati sampai di bawah 150 milimeter," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati beberapa waktu lalu.

Intensitas hujan yang terus menurun itu berlanjut sampai Juni 2023. Daerah yang mengalami zona kering kian meluas, curah hujan semakin rendah, terutama di Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, serta Kalimantan.

"Jadi meluasnya itu Juni-Juli, hampir di seluruh wilayah Sumatera, hampir seluruh Jawa, Nusa Tenggara, seluruh Sumatera, sebagian wilayah Kalimantan, sehingga potensi kebakaran hutan dan lahan akan kita antisipasi sebaiknya mulai April," ia menandaskan.