BANDUNG, CEKLISSATU – Sejumlah mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) di Jalan Taman Sari Bandung menggelar aksi demo di depan gedung Rektorat ITB, Senin (29/1/2024)

Para mahasiswa memprotes kebijakan kampus terkait skema pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) dengan mencicil menggunakan aplikasi pinjaman online (Pinjol).

Terkait aksi tersebut, Ketua Kabinet Keluarga Mahasiswa ITB, Yogi Syahputra menyebutkan, aksi demo ini sebagai bentuk kekecewaan mahasiswa terhadap kebijakan kampus yang merugikan.

Mahasiswa menolak penawaran kampus terkait skema cicilan pakai pinjol untuk melunasi UKT yang sangat memberatkan.

Baca Juga : ITB Buka Peluang Karier CASN untuk Formasi 87 Dosen dan 12 PPPK Tenaga Kesehatan

"Aksi demo yang kami lakukan karena sampai hari ini kami mengusahakan sebelumnya untuk komunikasi secara baik-baik dengan Ibu Rektor terkait mahasiswa ITB yang terancam tidak bisa kuliah dan memiliki tunggakan," ucapnya. 

"Kampus memberikan solusi yakni melalui pinjaman kepada teman-teman mahasiswa, berikan pinjaman Rp12,5 juta dan membayarkan rentang waktu 12 bulan dengan membayarkan Rp15,5 juta. Itu berkisar pada kisaran 20 persen dan sangat memberatkan," tutur Yogi

Akibat tingginya UKT ITB, Yogi menyebut ada puluhan mahasiswa yang tidak bisa melunasi biaya tersebut dan terancam tidak bisa melanjutkan studinya. 

"Total mahasiswa di awal itu ada 137 mahasiswa terancam tidak bisa mengikuti kuliah pada semester selanjutnya. Namun, hingga hari ini kami juga mengupayakan berbagai bantuan dari alumni masih tersisa 93 mahasiswa yang masih terancam tidak bisa kuliah," ujarnya. 

Selain itu, kata dia kampus juga mengharuskan mahasiswa yang tidak bisa melunasi UKT untuk mengambil cuti. Meski cuti, mahasiswa tetap diwajibkan membayar setengah biaya UKT

"Cuti juga mesti bayar kisaran 25-50 persen. Jadi ini semua kebijakan sama sekali tidak masuk akal," tandas Yogi.

Yogi mengatakan, mahasiswa bukan tidak ingin membayar UKT, tetapi nilainya yang terlalu tinggi membebankan ekonomi keluarga sebagian mahasiswa.

Sebelumnya, sejumlah perwakilan mahasiswa mencoba bernegosiasi untuk bisa masuk dan bertemu rektor ITB. Namun, petugas keamanan melarang mereka masuk.

Mahasiswa yang kesal kemudian melanjutkan aksinya dengan duduk di sisi jalan sembari menyampaikan aspirasi. Mereka meminta pihak rektorat keluar dan menemui massa.

Di sela-sela demonstrasi itu, ada beberapa mahasiswa yang menyuarakan kekesalannya. Mereka adalah mahasiswa yang belum bisa membayar UKT

"Ayah saya baru lepas status pengangguran itu tahun lalu. Jadi, uangnya belum cukup untuk bayar UKT. Kemarin sempat jual motor dan lainnya," ucap Dewi, mahasiswi ITB.

Dewi mengaku sering mengajukan keringanan UKT. Berbagai syarat telah dipenuhi. Namun, hingga beberapa kali pengajuan, dia tak pernah mendapat penurunan UKT. Setiap harus membayar UKT, dia terpaksa mencicil hingga tiga kali.

Dewi sempat ditawari ikut pembiayaan lewat aplikasi Danacita. Namun, Dewi menolak. Dia tak ingin terjerat pinjol dalam bentuk apa pun untuk perkuliahan di ITB

Menurutnya, kampus sebesar ITB seharusnya bisa membantu mahasiswa dengan cara yang benar, tidak lewat aplikasi pinjol berbunga besar.

"Saya kesal karena banyak fasilitas juga yang dibangun, padahal belum terlalu penting. Seharusnya uang yang ada diperbantukan dulu ke mahasiswa yang membutuhkan," tutur Dewi.