JAKARTA,CEKLISSATU - Dinas Kesehatan DKI Jakarta bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan RI untuk meningkatkan upaya deteksi dini di Ibu Kota. Langkah tersebut dilakukan untuk mencegah kematian kasus.

Plt Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, menjelaskan bahwa tingkat kematian akibat cacar monyet hanya sebesar 1%. Meski demikian, usaha deteksi dini tetap diintensifkan untuk mencegah penyebaran wabah.

"Tingkat kematian/case fatality rate sekitar 1 persen. Artinya dari 100 kasus positif kemungkinan ada satu yang meninggal," kata Ani dalam keterangan tertulis, Jumat (27/10).

Ani menjelaskan virus cacar monyet atau monkeypox (mpox) umumnya berpotensi pada kondisi imunitas rendah. Kelompok tersebut mencakup lelaki seks lelaki (LSL), ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak, dan lansia.

Kasus aktif monkeypox tidak hanya terbatas pada orang yang memiliki kontak dekat dengan penderita, tetapi juga pada pasien pasien suspek bergejala.

Petugas kesehatan akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Jika ada indikasi gejala khas penyakit cacar monyet, maka dilakukan tes PCR.

Untuk membantu pemeriksaan menggunakan PCR di Laboratorium Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga menyiapkan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) DKI Jakarta.

Setelah tes PCR dilakukan, bagi pasien yang dinyatakan positif terinfeksi virus mpox, sampel mereka akan menjalani pemeriksaan lebih lanjut menggunakan metode whole genome sequencing (WGS). Hal ini bertujuan agar Dinkes mampu melacak asal-usul penyakit serta pola penyebarannya di masyarakat.

"Pasien yang terkonfirmasi positif usai dilakukan tes PCR akan segera dilakukan pemeriksaan lanjutan Whole Genome Sequencing (WGS) untuk mendapatkan informasi genetik mengenai asal penyakit dan penyebarannya di masyarakat," terangnya.

Sebagai langkah pencegahan, vaksinasi mulai dilakukan untuk 500 orang yang termasuk dalam kelompok berisiko di Jakarta. Vaksin diberikan dalam dua dosis kepada setiap orang dengan selang waktu empat minggu, sesuai dengan ketersediaan vaksin monkeypox di Indonesia yang mencapai 1.000 dosis untuk 500 orang. Selain itu, dilakukan tracing/pelacakan dengan tim khusus bersama mitra terkait.

Sosialisasi dan edukasi dilakukan melalui tiga metode, yaitu mempromosikan gaya hidup sehat dan bersih, termasuk penggunaan masker, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Upaya lainnya termasuk menghindari kontak kulit terbuka dan luka, serta meningkatkan kesadaran terkait hubungan seks yang sehat, aman, dan bersih. Disarankan untuk menghindari hubungan seksual saat sedang sakit atau mengalami gejala tertentu.

"Setiap kasus positif langsung diisolasi di rumah sakit, bahkan untuk suspek/terduga dengan gejala khas/kontak erat seksual yang sedang menunggu hasil PCR juga diisolasi di rumah sakit. Sementara untuk kontak erat non-seksual, akan dipantau gejalanya setiap hari oleh Puskesmas Kecamatan. Jika bergejala, akan dilakukan pemeriksaan lab. Dan setiap kontak erat seksual akan langsung diisolasi dan dilakukan pemeriksaan lab," terangnya.

Terakhir, Dinas Kesehatan DKI Jakarta adalah menyiagakan ruang isolasi rumah sakit, menyiapkan obat-obat antivirus, dan berkoordinasi aktif dengan para pakar di rumah sakit vertikal terkait tatalaksana kasus.

Sebelumnya, Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyebutkan jumlah kasus cacar monyet atau monkeypox (mpox) telah meningkat menjadi 17 orang. Dari jumlah tersebut, 11 orang menjadi suspek mpox.

Dari total 17 kasus yang teridentifikasi, sebanyak 16 kasus mpox masih dalam kondisi aktif. Sementara itu, satu kasus dinyatakan sembuh.

Semua penderita mpox terinfeksi melalui kontak seksual dan diderita oleh laki-laki berusia 25-50 tahun. Dua di antaranya berasal dari luar wilayah DKI Jakarta.