BOGOR, CEKLISSATU - Perayaan Iduladha menjadi sebuah perhelatan akbar untuk umat Islam. Untuk itu, prinsip kesejahteraan hewan kurban sangat penting untuk diperhatikan. Dr drh Hadri Latif, MSi, dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University berbagi tips persiapan kurban dengan menekankan pentingnya prinsip kesejahteraan hewan atau animal welfare.

Menurut Dr Hadri, penyelenggaraan kurban harus memenuhi kriteria halalan toyyiban, salah satunya adalah bagaimana hewan kurban diperlakukan sesuai dengan prinsip animal welfare.

“Kesejahteraan hewan itu tidak terlepas dari lima kebebasan. Hewan bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa sakit, terluka dan penyakit, kemudian bebas dari ketidaknyamanan, bebas mengekspresikan perilaku alamiahnya dan bebas dari rasa takut dan dari cekaman,” tuturnya.

Dr Hadri menyebut, rantai proses kurban cukup panjang, bukan semata di tempat penyembelihan saja. Karena itu, penting bagi panitia penyelenggara untuk memperhatikan animal welfare dalam setiap prosesnya.

Baca Juga : DPRD Bersama Pemkot Bogor Jadikan Momen HJB ke-542 Sebagai Bahan Refleksi Kinerja

“Penerapan prinsip kesejahteraan hewan ini mulai dari bagaimana hewan itu didatangkan, baik di tempat penjualan maupun di tempat pemotongan. Itu saja sudah menjadi kritis. Harus ada tempat penampungan, dipastikan hewan nyaman, harus ada tempat berteduh,” ujarnya.

Ia menambahkan, jika hewan kurban datang satu hari sebelumnya atau lebih, pihak pengelola berkewajiban memastikan hewan tidak kelaparan dan kehausan. Pastikan tersedia tempat bernaung dengan ruang yang cukup bagi hewan untuk bergerak dan berbaring.

“Ketika melanggar animal welfare, sudah pasti membuat hewan itu tidak nyaman, stres dan menjadikan hewan tersiksa,” tegas Dr Hadri.

Penyelenggaraan kurban bisa menjadi aspek yang berisiko. Salah satunya diakibatkan karena sebagian pelaku yang terlibat dalam kurban bukan berasal dari profesi bidang ini. Terlebih, fenomena di masyarakat biasanya yang menyembelih adalah yang melaksanakan kurban.

Meski tidak dilarang, Dr Hadri mengingatkan bahwa penting untuk memastikan mereka telah mengikuti pelatihan penyembelihan, seperti yang biasa dilakukan oleh dewan kemakmuran masjid (DKM) bekerja sama dengan pihak yang kompeten .

“Prinsip dalam beribadah adalah harus berilmu. Ibadah tanpa ilmu bisa tertolak. Contohnya menyembelih haruslah menajamkan pisau dan menyenangkan hewan kurban, jika tidak mengerti ilmunya yang kemudian hewan tersiksa tentu akan melanggar syariat lainnya karena kita dianjurkan berbuat Ikhsan terhadap hewan,” jelas Dr Hadri.

Karenanya, setiap tahunnya SKHB IPB University dan dinas terkait selalu bekerja sama untuk menyelenggarakan sosialisasi dan pelatihan kurban. Ini dilakukan agar masyarakat memiliki cukup ilmu dan persiapan untuk melaksanakan kurban dengan menerapkan animal welfare.

Selain itu, penerapan animal welfare bukan hanya bermanfaat untuk hewan saja, melainkan untuk manusia itu sendiri. Dr Hadri menjelaskan, kualitas daging yang dihasilkan akan lebih baik karena tidak alot, gelap atau kering. Oleh sebab itu, daging kurban yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) yang diidamkan masyarakat harus melewati syarat dan teknis penyembelihan yang benar.

Hewan kurban itu dari segi syarat saja melebihi dari persyaratan hewan yang disembelih setiap hari. Jadi harusnya penanganan hewan kurban hingga dagingnya harus baik. Namun berpotensi tidak ASUH jika tidak dirancang, tidak disiapkan fasilitasnya, dan panitia yang tidak terorganisasi dengan baik. Karena itu, semua hal yang berhubungan dengan penerapan prinsip animal welfare dan penanganan daging yang baik ini harus disiapkan jauh-jauh hari,” pungkas Dr Hadri Latif.