BOGOR, CEKLISSATU - Sudah bukan hitungan bulan, minggu apalagi hari untuk berganti tahun. Mungkin kurang lebih 3x24 jam lagi kalendar tahun 2023 akan menjadi usang dan harus berganti menjadi kalender tahun 2024. 


Segala kenangan di 2023 segera diarsipkan lalu kemudian terbit resolusi yang tampaknya tidak jauh-jauh dari tahun-tahun sebelumnya. Pagebluk yang pernah menimpa manusia dalam kurun waktu beberapa lama menjadikan resolusi dan mimpi-mimpi menjadi angin yang terbang begitu saja. Berubah menjadi mimpi sederhana yang hanya ingin sehat, berbuat baik dan tetap bahagia sambil mencoba memperkuat pertahanan karena khawatir ombak-ombak yang mudah menyapu segalanya itu datang dan kembali menyirnakan segalanya. 


Meskipun demikian, kita tidak bisa lupa bahkan abai dengan kondisi tahun 2024. Tahun depan Bumi Pertiwi akan merayakan pesta demokrasi sebanyak dua kali, dari mulai Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden sekaligus pemilihan calon legislatif dan beberapa bulan kemudian akan terjadi pemilihan kepala daerah di beberapa daerah. 

Baca Juga : Kota Toleransi,  Indeks Kerukunan Kota Bogor, Naik Jadi 79,98


Mesin politik bukan saja sudah dipanaskan, bahkan sudah bersiapkan menyalakan NOS untuk mempercepat dan mengakselerasi pergerakan. Kara-kata bahkan janji manis sudah terpampang di baliho-baliho pinggir jalan, layar gawai hingga layar kaca. 


Beberapa minggu kemarin dan ke depan, tema politik akan menjadi salah satu tema yang menarik di acara diskusi publik hingga diskusi warung kopi. Dan ingat, tidak sedikit yang status pertemanan hingga keluarga menjadi berubah karena pilihan politik dan pilihan para calon

Ini yang coba kami ingatkan kepada pembaca Ceklissatu.com bahwa tahun 2024 akan terjadi Perang Bintang, Perangnya di Langit dan kami tidak ingin terjadi tumbangnya di Bumi. Maksudnya, kami tidak ingin ada perpecahan di kalangan masyarakat bawah hanya karena kondisi politik. Meski berbeda pilihan, kita harus sama-sama tahu bahwa ini adalah ajang pemilihan presiden, bukan ajang hidup dan mati sebuah kelompok apalagi negara. Sejatinya kita tidak akan diusir pergi dari Nusantara Raya ini hanya karena calon pilihan kita tidak menang. Tidak. 


Jadi, tidak perlu bertaruh nyawa untuk kontestasi yang satu ini. Sadar atau tidak, riak-riak itu sudah ada. Bahkan, cara berfoto saat ini juga penuh aturan karena melambangkan jari-jemari bisa dianggap keberpihakan. Apalagi, kami mendengar bahwa ada beberapa kelompok yang sudah enggan mengucapkan kata pengiyaan dari doa-doa dan diganti dengan kata lain. 

Kembali lagi, sadar atau tidak politik identitas sudah sangat tercium di konstestasi kali ini. Lalu, apakah kita yang notabene merupakan rakyat mau menjadi korban? Tentunya tidak dan jangan pernah. Kita harus tetap hidup rukun, gotong royong, sehat serta bugar. 

Salam sehat untuk seluruh rakyat Indonesia, mari hadapi pesta demokrasi dengan kebersamaan dan kebahagiaan. 

Salam,
Pemimpin Umum Ceklissatu.com
Suhairil Anwar