BOGOR, CEKLISSATU – Wali Kota Bogor, Bima Arya tinjau langsung dua lokasi untuk proses penanganan sampah dari sumbernya dengan memilah sampah dari rumah, Selasa 16 April 2024.

Dua RT yang menjadi binaan Satgas Naturalisasi Ciliwung dalam pengelolaan sampah, yaitu RT 4/ Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal dan RT 1/ 8 Kampung Bantarjati Lebak, Kelurahan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara.

Bima Arya didampingi langsung oleh Sekretaris Satgas Naturalisasi Ciliwung, Een Irawan Putra.

Saat menyusuri pemukiman padat penduduk itu yang ada di sekitar bantaran rel kereta dan bantaran sungai, Bima Arya melihat setiap rumah sudah memiliki tempat sampah sendiri yang digunakan memilah sampah. Dua tempat sampah itu berisikan sampah organik dan non organik.

Sampah yang sudah dipilah itu kemudian nantinya akan dikumpulkan di tempat penampungan yang selanjutnya ada yang diolah dan dijual ke pengepul barang bekas, ada yang dibawa ke tempat pengolahan plastik Mekar Wangi dan ada pula yang dijadikan pupuk atau kompos.

Bima Arya mengatakan, Satgas Naturalisasi Ciliwung Kota Bogor tidak hanya fokus pada naturalisasi sungai, tapi juga membangun kultur warga supaya bisa mengelola sampah dari rumah. Saat ini sudah ada 20 RT prioritas dari target 48 RT hingga akhir 2024.

Baca Juga : Keren ! Olah Sampah Visual Alat Peraga Kampanye Jadi Bahan Konstruksi

“Terima kasih untuk Kang Een dan teman-teman satgas yang sudah sangat luar biasa, tak kenal lelah, tak putus asa. Ada seleksi alam tentunya, ada yang berguguran di tengah jalan tapi yang tersisa ini Insya Allah pilihan dan yang terbaik,” kata Bima Arya.

Di akhir menuju masa purna tugas ini, Bima Arya memastikan dan terus memperjuangkan agar satgas ini terus dikukuhkan dan diperkuat. Karena cita-cita Kota Bogor adalah menyelesaikan sampah dari hulu, dari sumbernya dari rumah tangga.

Saat ini sampah yang berhasil dipilah dari rumah sebanyak 38 ton organik, 70,6 ton anorganik dan 29 ton sampah plastik.

Sementara itu, Sekretaris Satgas Naturalisasi Ciliwung, Een Irawan mengatakan, sejak dibentuk oleh Wali Kota Bogor, Bima Arya melalui SK Wali Kota sejak 2018 saat ini satgas kurang lebih sudah berjalan 6 tahun.

Niat awal dari dibentuknya satgas ini adalah untuk mendorong perubahan perilaku warga, karena masalah yang ada di sungai di Ciliwung adalah masalah lingkungan terkait dengan masalah perilaku dan kultur.

“Nah, sebenarnya kita mencoba menyelesaikan permasalahan sampah ini di hulunya, yaitu di rumah tangga, bagaimana caranya? Ya didampingi warganya, difasilitasi, diedukasi dan sosialisasikan bagaimana dampaknya, bagaimana pengelolaan sampah dengan baik. Nah, itu misinya menyelesaikan masalah di sumbernya dan juga menyelesaikan sampah wilayah dalam artinya tidak ada lagi sampah dibawa ke TPA,” ujarnya.

Een melanjutkan, sebagai upaya Kota Bogor mempersiapkan Indonesia tanpa TPA baru pada tahun 2030, seperti yang sudah dicanangkan KLHK. Dibanding wilayah lain kata dia, Kota Bogor sudah selangkah lebih dahulu menyiapkan persiapan itu.

“Untuk itu saya sampaikan ke pak wali kita harus bersiap dari kita sendiri, pemerintah daerah dari wilayah dan inilah salah satu upayanya. Memang masih skala kecil hanya 45 orang satgas Ciliwung dengan kemampuan yang ada mendampingi 48 RT. Saat ini sudah ada terbaca skemanya setiap RT itu rata-rata sampah plastik ada di 200 – 300, kilo sampah plastik perbulan yang tidak dibawa ke TPA, jadi sekitar 1,2 ton satu RT per tahun,” jelasnya.

Menurut Een, untuk menjadikan skema ini sebagai gerakan masif mengelola sampah dari sumbernya, perlu ada kebijakan yang kuat dari pemerintah pusat.

"Sehingga tidak hanya di Kota Bogor, tapi juga bisa diterapkan di kabupaten/kota lainnya," tutup dia.