JAKARTA, CEKLISSATU -- Sebanyak delapan Warga Negara Indonesia (WNI) yang merupakan relawan MER-C masih berada di Gaza. Hal itu disampaikan Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Judha Nugraha.

Ia menyebutkan, para relawan tetap bertahan di wilayah tersebut meski Israel memperluas serangannya hingga ke Rafah.

"Saat ini ada delapan relawan yang masih ada di Gaza. Sesuai kebijakan MER-C, mereka tetap di sana sambil menunggu rotasi selanjutnya," ungkap Judha dalam press briefing dikutip dari YouTube Ministry of Foreign Affairs (MoFA) Indonesia, Kamis (30/5/2024).

Baca Juga : Usut Kejahatan Genosida Israel di Gaza, Parlemen Arab Desak Dibentuknya Investigasi Internasional Independen

Selain itu lanjut Judha, Kemenlu sudah mengevakuasi delapan dari 10 WNI di Gaza sejak 7 Oktober 2023, ketika konflik semakin pecah.

Sedangkan dua orang relawan MER-C memilih tetap tinggal di Gaza guna menjalankan tugas-tugas kemanusiaan. Kemenlu menyatakan memahami keputusan itu mengingat MER-C memiliki kebijakan untuk tetap mempertahankan relawannya di Gaza

"Kami sudah melakukan koordinasi dengan MER-C terkait penempatan relawannya yang ada di Gaza. Yang penting adalah para relawan memahami risiko yang ada dan MER-C punya rencana kontigensi jika terjadi sesuatu dengan relawannya," terangnya.

Setelah itu, MER-C mengirimkan tiga batch relawan tambahan. Adapun untuk batch ketiga, pengiriman relawan itu terhambat karena adanya penutupan Rafah

Sejak proses terhambat, Kemenlu telah meningkatkan koordinasi dengan MER-C dan WHO termasuk tim kedaruratan (emergency) WHO di lapangan.

"Sejak serangan di Rafah sudah ada empat relawan MER-C yang berhasil keluar masing-masing tanggal 21, 23, 24 Mei. Keempat WNI sudah kembali ke Tanah Air," ungkap Judha. 

Sebelumnya, Israel menyerang kamp pengungsian Rafah di Jalur Gaza Selatan, Palestina, yang semula merupakan zona aman pengungsi.

Pada Minggu (26/5/2024), ada 45 orang meninggal dalam serangan yang terjadi di Rafah. Sulit memastikan jumlah total korban yang terluka, karena rumah sakit tempat para korban dirawat telah ditutup, karena serangan drone Israel.

Serangan yang dilancarkan ini menuai kecaman, termasuk dari Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan. Erdogan menyumpahi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan bernasib sama dengan diktator Nazi Jerman, Adolf Hitler.