JAKARTA, CEKLISSATU – Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan pemerintah dalam Rapat Kerja  menyepakati postur sementara untuk APBN Tahun Anggaran 2025.

Pada kesepakatan tersebut, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Belanja Pemerintah Pusat mengalami kenaikan masing-masing sebesar Rp8,26 T.

Dengan demikian, PNBP tahun 2025 ditargetkan mencapai Rp513,64 T dan pagu Belanja Pemerintah Pusat direncanakan sebesar Rp2.701,44 T. Sementara itu, defisit anggaran dikendalikan tetap sebesar Rp616,19 T atau 2,53 persen PDB untuk menjaga keberlanjutan fiskal.

Baca Juga : Efisiensi Anggaran Kemenkeu Capai Rp2,21 Triliun, Sri Mulyani: Berkat Digitalisasi dan Simplifikasi Proses Bisnis

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, perubahan dalam PNBP yang telah dibahas dalam Panja A terutama berkaitan dengan proyeksi peningkatan kinerja BUMN. Diperkirakan, peningkatan kinerja BUMN akan menimbulkan kenaikan pembayaran dividen sebesar 4 T.

Sementara itu, kenaikan PNBP sebesar Rp4,26 T berasal dari beberapa Kementerian/Lembaga penting yang selama ini menjadi penyumbang PNBP.

"Dengan demikian, dari sisi Penerimaan Negara Bukan Pajak ada kenaikan 8,26 T rupiah, yaitu tadi dari kekayaan negara dipisahkan 4 T dan dari PNBP dari kementerian/lembaga sebesar 4,26 T," ucap Sri Mulyani saat rapat dengan Banggar DPR pada Rabu 4 September 2024.

Baca Juga : Sri Mulyani Sebut Inflasi Terkendali, Daya Beli Masyarakat Tetap Kuat di 2023  

Lebih lanjut, Sri Mulyani juga menjelaskan perubahan pada komposisi postur Belanja Pemerintah Pusat pada APBN 2025 dengan mengakomodir sejumlah program quick win pemerintah baru yang akan dilaksanakan oleh kementerian/lembaga.

Program tersebut antara lain meliputi makan bergizi gratis sebesar Rp71 T, pemeriksaan kesehatan gratis sebesar Rp3,2 T, renovasi sekolah Rp20 T, dan lumbung pangan nasional, daerah, dan desa sebesar Rp15 T.

Secara rinci, perubahan dalam pagu Belanja Pemerintah Pusat terdiri dari kenaikan Belanja K/L sebesar Rp117,87 T menjadi Rp1.094,66 T dan penurunan Belanja Non K/L sebesar Rp109,61 T menjadi Rp1.606,78 T.

Baca Juga : Terobos Perlintasan Stasiun Andir Bandung, 2 Perempuan Meninggal di Tempat

Dalam Belanja Non K/L, subsidi energi mengalami penurunan sebesar Rp1,12 T yang dialihkan pada peningkatan kompensasi BBM dan listrik dengan besaran yang sama. Penurunan subsidi energi terutama dipengaruhi penyesuaian asumsi nilai tukar rupiah.

 Sehingga, subsidi energi pada tahun depan direncanakan mencapai Rp203,41 T dan kompensasi BBM dan listrik mencapai Rp190,92.

Sementara itu, cadangan belanja negara turun Rp28,39 T menjadi Rp68,49 T, cadangan anggaran pendidikan turun Rp66,85 T menjadi Rp41,01 T dan cadangan TKD turun Rp14,38 T menjadi Rp68,22 T.