BOGOR, CEKLISSATU - Masyarakat Informasi atau Information Society dalam kurun waktu satu dasawarsa ke belakang menjadi nyata. Meskipun teorinya sudah diluncurkan oleh Everett M. Rogers pada tahun 1986, namun nyatanya kita baru merasakan perubahan itu secara nyata beberapa tahun ke belakang dan ternyata terjadi. 

Lalu, apa itu masyarakat informasi? Everett M. Rogers yang sangat dikenal melalui teori Difusi Inovasinya itu menyampaikan bahwa manusia akan mengalami peradaban dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri, dari masyarakat industri menjadi masyarakat informasi.

Masyarakat informasi sendiri menurut Rogers (1986) dalam buku Teknologi Komunikasi menyampaikan bahwa suatu bangsa dan mayoritas angkatan kerja yang terdiri dari pekerja informasi, serta informasi merupakan elemen yang paling penting. Mereka bekerja untuk mencari dan berbagi informasi. Dan informasi menjadi hal yang sangat penting. 

Baca Juga : Jumlah Kecelakaan Kerja di Indonesia Terus Meningkat

Coba kita ingat, bisakah kita hidup tanpa informasi? Bahkan, perkembangan teknologi komunikasi menyebabkan manusia tidak lagi perlu mencari informasi melainkan ribuan informasi itu akan datang dengan sendirinya kepada kita. 

Meskipun terkadang menyebabkan _overloading information,_ namun informasi menjadi asupan paling awal bahkan bisa jadi paling akhir bagi manusia sebagai penghantar tidur. 

Positifnya, teknologi informasi juga bisa menghasilkan pundi-pundi. Betapa tidak, saat pekerjaan yang mungkin 10 bahkan 20 tahun lalu belum ada, menjadi ada dan bisa membuat manusia menjadi kaya. Ya, itulah pekerjaan _content creator_ atau penciptka konten di tengah peradaban masyarakat informasi. 

Ini adalah peluang. Sejatinya, media sendiri juga memiliki fungsi untuk memberikan informasi, mendidik dan menghibur. Kini, melalui tulisan, gambar, foto, video bahkan _voice over_ manusia bisa dibayar kontan. 

Ada gula ada semut, ada peluang pasti ada tantangan. Hal itu pun terjadi di tengah mudahnya dibayar kontan melalui konten. Karena banyaknya konten, masyarakat jadi serba memilih. Untuk itu, bila ingin memanfaatkan konten agar dibayar kontan kita harus coba analisis diri untuk mengetahui kemampuan kita, apakah menulis, foto, video atau bernyanyi. Kemudian mencobalah menciptakan konten melalui media yang tepat, hal ini perlu karena setiap media memiliki pasarnya, baik twitter, instagram, facebook maupun tik-tok. Terakhir, jangan pernah menyerah untuk belajar dan mengasah kreativitas, karena hal baru pasti selalu ditunggu jadi teruslah belajar dengan menonton atau membaca sajian informasi yang bermanfaat atau belajar dari orang yang lebih ahli di komunitas atau pergaulan lainnya. 

Dan terakhir, jangan lupa, bahwa sebebas apapun kita berkarya, pasti ada yang membatasi. Buatlah karya yang tidak menipu (hoax), tidak mengubar kebencian, tidak mengandung SARA dan tidak ke luar dari norma agama serta budaya Indonesia. 

Selama belajar dan berkarya. 


Ditulis oleh:
Dosen Sains Komunikasi FISIPKOM Universitas Djuanda Bogor
Robby Firliandoko, A.Md., S.I.Kom., M.Si