JAKARTA, CEKLISSATU - Misi yang dilakukan Royke Lumowa untuk bersepeda dari Jakarta ke Paris, Prancis berhasil dilakukan.Itu bukan mimpi tapi menjadi kenyataan.
Dalam perjalanannya, Royke memulai misinya mengayuh sepeda ke Paris dari Jakarta pada (8/7/2023) dan tiba di Prancis Senin (29/7/2024).
Pria kelahiran 16 September 1962 itu melakukan perjalanan tersebut dengan mengusung tema Cycling to Save The Earth.
“Perjalanan yang sangat mengesankan. Sepanjang perjalanan sangat menyenangkan, semua dikemas dengan kegembiraan dan memang itu keinginan saya,” ungkap Royke.
Mantan Kapolda Sulawesi Utara itu menghabiskan waktu selama 387 hari, melintasi 44 negara dan menempuh jarak 20.620,87 kilometer.
Ada 44 negara yang dilewati Royke selama bersepeda ke Paris. Mulai dari Singapura, Thailand, China, Nepal, India, Pakistan, Iran, Tibet, Belanda, Spanyol, Denmark, Swiss, Belgia, Andorra, Liechtenstein, Italia, Spanyol, Inggris hingga finis di Prancis.
"Ini bukan lagi mimpi, melainkan kenyataan. Kenyataan ini membuat hati saya begitu bahagia. Saya ingin ekspresikan pencapaian ini dengan melompat kegirangan dan menangis seraya berterima kasih kepada Tuhan atas perlindunganNYA," kata Royke.
Royke menyelesaikan petualangannya di Club France, Grande Halle de la Villette. Disana dia disambut Presiden Komite Olimpiade (NOC) Perancis David Lappartient yang juga Presiden Union Cycling International (UCI).
Dalam penyabutan tersebut juga hadir Duta Besar Indonesia untuk Prancis Mohamad Oemar, Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) Raja Sapta Oktohari, Vice President NOC Prancis, Joseph Pierre Luc Tardif dan perwakilan dari federasi internasional cabang olahraga.
"Aksi bersepeda saya ini untuk ikut menyukseskan Olimpiade 2024 dan mendukung perjuangan atlet Indonesia di Olimpiade Paris yang mana akhirnya sukses merebut dua medali emas. Serta ikut menyukseskan kampanye Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2036," ucap Royke di Jakarta (12/8/2024).
Beragam cobaan dan tantangan silih berganti berhasil dilalui oleh mantan Kapolda Sulawesi Utara itu. Rintangan yang dihadapi mulai dari gangguan suhu ekstrim, elevasi ekstrim, badai angin kencang, pencurian uang, bahkan pencurian sepeda, kesulitan memperpanjang visa Uni Eropa dan lainnya.
Pikiran Royke juga sempat terganggu saat sedang mengayuh sepeda di wilayah Thailand. Dia mendapat kabar istrinya harus menjalani operasi di Jakarta. Untungnya setelah melakukan pemeriksaan lebih lanjut, istri Royke tak perlu dioperasi. Perjalanan ke Paris pun bisa dilanjutkan, Royke tidak jadi pulang ke tanah air.
"Patut disadari bahwa untuk melakoni medan berat penuh tantangan ini harus memiliki tiga syarat utama yaitu: Kekuatan (fisik dan mental), keberanian (untuk mengambil keputusan dengan segala resiko), dan (sedikit) gila (out of the box). Bila ketiga hal tersebut digunakan untuk menghadapi tantangan dan hambatan yang selalu menguras tenaga dan pikiran, maka akan berubah menjadi menyenangkan dan bahagia," terang Royke.
Beberapa wilayah yang cukup memberatkan Royke saat mengayuh sepeda ke Paris antara lain, Pakistan, Tibet, Italia, Latvia hingga Jerman.
Royke memilih Tibet sebagai medan terberat. Elevasinya mencapai 5.250 meter di atas permukaan laut (mdpl) sebanyak 3 gunung tentunya elevasi yang menguras tenaga, dimana kandungan oksigen pada ketinggian tersebut sangat tipis.
Kemudian di Pakista, Royke harus mendapat pengawalan dari kepolisian setempat. Pasalnya provinsi yang dilewati sering terjadi serangan teroris. Di Pakistan, Royke juga merasakan badai gurun.
Rintangan berat lain adalah angin kencang di Yunani dan Jerman utara. Sepeda sempat melayang layang akibat tertiup angin. Badai salju dan dingin ekstrim di Latvia dan sekitarnya juga begitu merepotkan karena menyentuh angka minus 26 derajat celcius.
Dua sepeda yang dibawa Royke juga hilang dicuri saat berada di Roma, Italia. Kasus pencurian juga dialaminya di dua kali di Iran. Pencurian uang tunai di kamar hotel di Kota Chalus, Iran serta pencurian barang-barang di dalam mobil saat parkir dengan memecahkan kaca jendela di Teheran
Royke bercerita, Medan terberat adalah di Tibet, China. "Elevasi di Tibet mencapai 5.250 meter di atas permukaan laut (mdpl) sebanyak 3 gunung tentunya elevasi yang menguras tenaga, di mana kandungan oksigen pada ketinggian tersebut sangat tipis," kata Royke dalam konferensi pers di Jakarta, Senin 12 Agustus 2024.
Ditambah lagi dengan tanjakan sejak dari Provinsi Yunnan telah menguras tenaga saat menjajal tanjakan-tanjakan di Tibet. Medan berat lainnya adalah tanjakan/passo Mortirolo, Italia utara, dan tanjakan lainnya di Pegunungan Alpen," pungkasnya.
Comment